Blog

Peluang Industri Plastik Untuk Tumbuh Masih Terbuka Lebar

Peluang Industri Plastik Untuk Tumbuh Masih Terbuka Lebar. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan potensi pasar untuk produk plastik dan turunannya di Indonesia masih sangat besar. Hal ini karena hampir seluruh sektor industri manufaktur membutuhkan plastik, seperti sektor makanan dan minuman (mamin), sektor otomotif, sektor farmasi, sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor elektronika hingga kosmetika membutuhkan plastik.

Di tengah tingginya permintaan plastik untuk industri, namun faktanya konsumsi plastik per kapita nasional masih rendah, yaitu hanya sekitar 22,53 kg per kapita. Dibandingkan dengan negara tetangga, konsumsi plastik di Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan seperti Singapura, Malaysia dan Thailand bahkan Eropa dan Amerika Serikat yang telah mencapai angka di atas 40 kg per kapita per tahun.

Dirjen Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Muhammad Khayam, mengatakan perkembangan industri petrokimia serta industri makanan dan minuman (mamin) yang cukup tinggi dari tahun ke tahun yaitu sekitar 8 persen – 10 persen. Dengan pertumbuhan itu tingkat konsumsi plastik di sektor industri melebihi 50 juta kg perkapita per tahun. Oleh sebab itulah industri plastik masih potensial kedepannya meskipun saat ini dihadapkan pada persoalan limbah plastik yang menjadi masalah lingkungan.

“Saat ini, konsumsi produk kemasan dari plastik didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman hingga mencapai 60 persen. Di Indonesia, industri kemasan plastik tercatat sebanyak 892 Perusahaan termasuk industri kecil dan menengah dengan jumlah tenaga kerja mencapai 177.300 orang dengan produksi produk terutama kemasan plastik keras dan lunak produk thermoforming, karung plastik, extrusion yang pasarnya tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia,” kata Khayam dalam pembukaan pameran All Pack Indonesia di JIExpo Kemayoran, Rabu (30/10/2019).

Dikatakannya sektor industri karet dan plastik berkontribusi cukup besar bagi PDB Industri pengolahan non migas yaitu sebesar 3,54 persen dimana sepanjang tahun 2018 sektor ini telah menghasilkan sekitar Rp92,66 triliun. Untuk itu perlu ada upaya serius untuk mendorong industri plastik ini lebih berdaya saing dan produk-produkunya lebih ramah lingkungan. Salah satunya produsen plastik harus menggunakan sentuhan teknologi dalam produksinya. Hal ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri plastik terutama dalam proses manufaktur.

“Penyelenggaraan pameran ini diharapkan dapat menjembatani penyedia teknologi dengan industri yang membutuhkannya. Ini sekaligus menjadi peluang bagi industri dalam negeri untuk membuka wawasan terhadap berbagai teknologi baru di dunia yang dapat mendukung produktivitas, efisiensi, serta inovasi dalam produksi dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Daud D. Salim selaku CEO PT Kristamedia Pratama yang menjadi penyelenggara pameran menyatakan bahwa pameran yang digelar mulai tanggal 30 Oktober – 2 November 2019 ini diklaim menarik minat investor dan kalangan dunia usaha. Hal itu terlihat dari jumlah peserta yang ikut serta dalam pameran yang meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya. Setidaknya ada 885 perusahaan baik lokal atau mancanegara yang turut serta dalam pameran yang ke-20 ini. Dalam ajang ini, teknologi pengolahan dan pengemasan untuk sektor plastik atau packaging dan industri terkait lainnya dipamerkan. Diharapkan pelaku industri mulai melakukan modernisasi permesinannya sehingga produksinya lebih optimal dan efisien.

“Allpack keduapuluh kalinya ini dibarengi dengan Printing exhibition diikuti secara keseluruhan 885 peserta dari 20 negara. Ini meningkat dari jumlah partisipant sekitar 15 persen. Ini akan jadi ajang pertemuan bagi industri Mamin, kosmetika dan lainnya untuk bisa ketemu dengan suplier sehingga bisa mendorong meningkatkan produk dan daya siangnya,” kata Daud D. Salim. (sdk)

sumber : http://kanal24.co.id/read/peluang-industri-plastik-untuk-tumbuh-masih-terbuka-lebar